Sang Saka Merah Putih kemarin (17/8) berkibar di Jepang. Sebuah hal yang mustahil terjadi enam puluh enam tahun silam. Dulu, Merah Putih bahkan tidak bisa berkibar di negeri kita sendiri. Oleh karenanya, upacara pengibaran bendera merah putih di Jepang menjadi momentum yang sakral dan penuh makna...
Tahun ini, sebagaimana tahun sebelumnya, upacara peringatan HUT RI ke 66 di Jepang dilakukan di Wisma Duta, KBRI Tokyo. Upacara, yang dipimpin oleh Dubes RI untuk Jepang, Muhammad Lutfi, berlangsung khusyuk dan khidmat. Upacara tersebut juga menarik karena bukan hanya dihadiri oleh masyarakat Indonesia dan perwakilan instansi pemerintah Indonesia di Jepang, tapi juga oleh perwakilan organisasi persahabatan Indonesia-Jepang.
Indonesia dan Jepang kini memang telah menjadi sahabat. Saat bencana tsunami di Jepang bulan Maret lalu, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling cepat memberikan bantuan. Presiden SBY sendiri menyempatkan diri untuk datang di Kesennuma, salah satu wilayah yang terkena bencana tsunami.
Selain itu, beberapa perwakilan pekerja Indonesia di Jepang (kenshushei) kemarin juga ikut hadir meramaikan upacara bendera. Para pekerja dan perawat Indonesia di Jepang juga dikenal sebagai pribadi-pribadi yang gigih dan tekun dalam bekerja. Mereka umumnya disukai oleh orang Jepang.
Upacara peringatan HUT RI ke-66 di KBRI Tokyo, dimulai pada pukul 08.00 pagi. Sementara upacara penurunan bendera, dimulai pukul 18.00 waktu setempat, dan diakhiri dengan buka puasa bersama. Petugas upacara adalah segenap unsur staf KBRI Tokyo beserta guru, pelajar sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), dan Taruna dari Akabri yang sedang menuntut ilmu di Jepang.
Bagi Indonesia dan Jepang, bulan Agustus memang punya makna khusus. Di Jepang, bulan Agustus juga diperingati dengan khusyuk. Tanggal 6 dan 9 Agustus lalu, Jepang memeringati tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki.
Selanjutnya, tanggal 15 Agustus, Jepang memeringati momentum kekalahan di Perang Dunia II. Tahun ini, peringatan 66 tahun kekalahan perang Jepang tersebut diselenggarakan di Budokan, Tokyo, dipimpin oleh Perdana Menteri (PM) Jepang, Naoto Kan.
PM Kan dalam pidatonya mengatakan bahwa Jepang mampu bangkit dari kehancuran dan menjadi kekuatan ekonomi dunia. Kini, ia mengajak masyarakat Jepang untuk kembali bangkit dari kehancuran akibat bencana gempa bumi dan tsunami. Kalau dulu mereka bisa bangkit, kali ini mereka juga harus bisa.
Indonesia dan Jepang berangkat dari kehancuran yang sama akibat perang. Seperti Jepang, Indonesia sudah melalui kurun 66 tahun sejak memperoleh kemerdekaan. Banyak sudah kemajuan yang dicapai. Namun kita juga menyadari masih banyak masalah di negeri kita yang perlu dibenahi.
Upacara peringatan HUT RI yang jauh dari tanah air menjadi momentum yang tepat untuk merenung. Setidaknya, kita dapat merenungkan mengapa Jepang bisa bangkit dari kehancuran dan kekalahannya di masa lalu. Kebangkitan Jepang juga mengajarkan kita bahwa belajar dari kekalahan bisa lebih baik daripada terbuai dalam kemenangan.
Selamat Hari Ulang Tahun RI ke-66. Dirgahayu !
Terlampir beberapa jepretan dari suasana HUT RI di KBRI Tokyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar