siluet masjid 7Ada sebuah kejadian yang sangat unik, dan terus akan saya ingat untuk selamanya. Sebuah pelajaran istimewa dan sangat berharga, yang kejadian semacam itu, hanya bisa saya jumpai dalam literatur diskusi-diskusi lama. Tetapi saat itu saya betul-betul menjumpai dan sekaligus merasakan dalam kehidupan nyata.
Pada hari itu, ada seseorang yang menemui saya. Saya agak heran karena saya tidak begitu kenal dengan laki-laki yang masih muda tersebut. Ia memakai pakaian yang menunjukkan sebagai seorang muslim. Setelah berbincang-bincang sebentar, saya mulai bisa menyimpulkan...
bahwa ternyata ia adalah seorang kiai muda, yang cukup disegani didaerahnya. Di samping itu, ia juga seorang da’i yang sering memberikan petuah di masyarakat sekitarnya.
Setelah beberapa saat kami terlibat dalam pembicaraan perkenalan, tiba-tiba ia mengajukan pertanyaan, apakah saya masih punya seorang ayah? Saya jawab, oh iya, saya punya ayah. Dimana beliau sekarang? “tanya lelaki itu. Beliau ada di rumah, tetapi beliau saat ini agak sakit.”Jawab saya.
Lelaki muda itu melanjutkan, saya ingin sekali bertemu dengan ayah anda, apakah bisa saya bertemu dengan beliau? Kalau memang itu keinginan bapak, nanti kita bersama-sama menemui ayah saya…” jawab saya.
Akhirnya, sekitar pukul empat sore saya bersama dengan orang itu menuju rumah, untuk menemui ayah yang memang sedang sakit. Sesampai di rumah, langsung saja ia saya antar ke kamar ayah, dimana saat itu ayah sedang berbaring atau bahkan lagi tidur..
Kami menunggu di sebelah pembaringannya, tidak berani mengganggu. Saya lihat orang itu sesekali nampak berdo’a sambil berjongkok di dekat kaki ayah saya yang sedang tertidur. Saya tidak tahu apa yang dido’akan oleh orang tersebut. Apakah ia mendo’akan agar ayah saya lekas sembuh atau do’a yang lain.
Selang beberapa saat, tiba-tiba ayah saya membuka mata, beliau memandang ke arah saya, dan juga ke wajah orang tersebut yang masih berjongkok di dekat kaki ayah saya.
Tiba-tiba ayah saya berkata perlahan kepada saya :”..nak, tolong ambilkan segelas air putih… “saya bergegas ke belakang sambil bertanya kepada ayah. Apakah ayah lagi haus. Atau ingin minum obat… ?” Oh, tidak. Ini kan ada tamu, ia ke sini mau mencari ilmu…,” jawab ayah saya. Saya heran dengan perkataan ayah.
Setelah saya ambilkan segelas air putih, oleh beliau air di gelas itu diberi do’a, dan diberikan lagi ke saya, sambil beliau berkata ・..berikan air putih ini kepadanya, kasihan, ia lagi haus….Tolong, sampaikan kepadanya, bahwa dzikir itu letaknya di hati. Bukan di mulut, bahkan mata berkedip itu dzikir, apabila hatinya ingat kepada Allah Swt. Setelah berkata begitu, ayah saya langsung tidur lagi, seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu…・
Di kamar itu begitu sunyi, sehingga sangat jelasnya suara ayah saya. Saya tidak tahu bagaimana perasaan orang itu mendengarkan dialog kami. Yang jelas ia tidak beranjak dari tempatnya. Ia tetap berjongkok sambil menundukkan kepala.
Setelah saya menerima segelas air putih itu, saya berikan air itu kepada orang tersebut, dan ia meminumnya sambil terus berjongkok. Saya lihat di sudut kelopak matanya ada setitik air mata, yang dicobanya untuk tidak jatuh.
Setelah beberapa saat kami dalam kebisuan, ayah juga tidur dengan nyenyaknya. Sementara kami juga tidak berani mengganggunya. Cukup lama kami menunggu. Tetapi ayah tetap tidak bangun. Nampaknya beliau tertidur dengan begitu nyenyaknya. Setelah agak lama, orang itupun mohon diri untuk pulang, sambil berkata kepada saya pelajaran yang saya cari sejak dulu, baru ini saya mendapat ilmu yang sangat berarti bagi hidup saya. Tadi adalah pelajaran rahasia yang tidak setiap orang bisa menangkapnya. Saya akui bahwa saya sering melakukan dzikir tetapi rupanya yang saya lakukan itu salah. Saya berdzikir hanya sebatas mulut saja…”
Terima kasih, tolong sampaikan kepada beliau, saya tidak berani pamit, takut mengganggu beliau yang saat ini sedang asyik berdzikir dalam tidurnya…”
Orang itu bangkit dan bergeser perlahan dari tempatnya, ia sangat takut mengganggu ayah yang lagi tidur. Dan ia pun mengucap salam, sambil berjalan pulang…
Sungguh, saya masih terkesima dengan kejadian istimewa itu. Semoga apa yang disampaikan ayah saya, meskipun hanya satu kalimat, akan menjadikan ilmu yang bermanfaat fid dunyaa wal aakhirat… Amiin ya rabbal